Selasa, 27 Januari 2009

Soal Cawapres, Megawati Serahkan Forum Rakernas

Soal Cawapres, Megawati Serahkan Forum Rakernas

Laporan wartawan Kompas Sonya Helen Sinombor

SOLO, SELASA - Kendati telah mencuat sejumlah nama-nama calon wakil presiden dari PDIP yang akan mendampingi calon presiden dari PDIP Megawati Soekarnoputri, hingga kini Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum memastikan siapa yang akan mendampinginya.

Megawati dalam keterangan pers seusai Pembukaan Rakernas IV PDIP di Hotel The Sunan Solo, Selasa (26/1) siang, menegaskan secara pribadi dirinya tidak bisa menjawab siapa yang akan mendampinginya menjadi capres dari PDIP, karena masih akan dibicarakan dalam Rakernas. Itupun hasil Rakernas masih akan dievaluasi terus. "Di Rakernas ini bisa saja muncul nama, tapi apakah akan diputuskan atau belum tergantung dari proses Ra kernas ini, tegasnya.

Megawati juga menyatakan pihaknya terus melakukan konsolidasi dengan sejumlah partai, termasuk dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X dari Partai Golkar. "Pak Sultan itu kan juga Golkar. Jangan lupa itu. Beliau Ketua DPD Golkar," katanya.

Usai memberikan keterangan pers, Megawati dan DPP PDIP kembali memasuki ruang persidangan dan menggelar rapat tertutup dengan peserta Rakernas IV PDIP. Ceramah khusus dari Gubernur Bank Indonesia, dan Ketua KPK dijadwalkan, Selasa petang. Acara ini terbuka untuk peliputan media massa.

Mencari Pendamping Megawati di Solo

Mencari Pendamping Megawati di Solo


DOK. KOMPAS

SOLO, SELASA - Hari ini, Selasa (27/1), hingga besok, Rabu (28/1), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV di Solo, Jawa Tengah. Sejumlah agenda penting terkait Pemilu 2009 dibahas dalam hajatan partai itu, terutama menentukan siapa pendamping Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan umum presiden.

Sejumlah tokoh nasional dan ketua umum partai diundang dalam acara ini. Dari sejumlah tokoh yang disebut-sebut sebagai calon kuat pendamping megawati hingga Senin (26/1) malam telah mengerucut menjadi lima nama yaitu Sultan Hamengku Buwono X, Akbar Tandjung, Prabowo, Sutiyoso, dan Hidayat Nur Wahid.

"Mereka diundang untuk hadir dalam rakernas ini," kata Ketua Panitia Rakernas Puan Maharani, Senin. Puan tidak memastikan apakah nama-nama calon pendamping Megawati akan diumumkan dalam rakernas.

Rakernas yang dihadiri sekitar 1.200 peserta dari Dewan Pimpinan Daerah dan Cabang seluruh Indonesia juga akan membahas kriteria calon wakil presiden, pembantu presiden, berbagai strategi pemenangan pemilu, dan platform partai.

Pembukaan Rakernas pagi ini akan dihadiri Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Gubernur Bank Indonesia Boediono, Ketua Komisi Pemilihan Umum Abdul Hafiz Anshary, dan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Ashar.

Di akhir Rakernas akan disampaikan hasil survey, target tiap-tiap daerah pemilihan dalam pemilu, rekomendasi dan keputusan Rakernas. Akankah rekomendasi dan keputusan rakernas adalah nama final pendamping Megawati? Kita tunggu saja.

Kamis, 22 Januari 2009

PDI-P Anggap Pemerintah Gagal

PDI-P Anggap Pemerintah Gagal

Kamis, 22 Januari 2009 | 19:06 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Fraksi PDI-Perjuangan menilai kinerja pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyo buruk. Pemerintah dianggap gagal meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan. "Di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono kesejahteraan rakyat terus merosot," kata Ketua Fraksi PDI-Perjuangan Tjahjo Kumolo di Gedung DPR, Kamis (22/01).

Buruknya kinerja pemerintah, kata Tjahjo, terihat dari pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang selalu meleset setiap tahun. Tjahjo mencontohkan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah, tingkat kemiskinan pada 2009 dipatok 8,2 persen. Namun hingga akhir 2008 jumlah orang miskin masih 14 persen. Padahal, kata Tjahjo, alokasi dana penuntasan kemiskinan naik setiap tahun. "Setiap tahun alokasi dana selalu naik," kata Tjahjo.

Selain target penurunan jumlah orang miskin, target pengurangan jumlah penganggur, target penekanan inflasi, serta target pertumbuhan ekonomi juga meleset semua. Selain itu, Tjahjo melanjutkan, pemerintah juga tak mampu mengendalikan harga sembako dan pembangunan infrastruktur. Pemerintah juga dinilai tak tanggap menangani bencana. Ia mencontohkan penanganan luapan lumpur Lapindo yang terkesan lelet. "Pemerintah seperti tak acuh," kata Tjahjo.

Karena itu, kata Tjahjo, klaim keberhasilan pemerintah hanya propaganda. Ia mencontohkan penurunan harga bahan bakar minyak yang diklaim sebagai keberhasilan dinilai hanya upaya manipulatif. Sebab, kata Tjahjo, turunnya harga minyak karena terpengaruh dari penurunan harga minyak dunia. "Harusnya bisa turun hingga Rp 3,700 - Rp 3,800," kata Tjahjo.

Klaim pemerintah yang menyatakan keberhasilannya menumpas koruptor juga dinilai tak tepat. Penanganan korupsi, kata Tjahjo, adalah tugas Komisi Pemberantasan Korupsi yang berada diluar pemerintahan. Komisi Pemberantasan Korupsi, kata Tjahjo, adalah lembaga independen. Kerja Komisi juga tak lepas dari peran DPR yang menetapkan anggarannya.

Aturan Komisi Pemilihan Umum tentang Keterwakilan Perempuan Diprotes

Aturan Komisi Pemilihan Umum tentang Keterwakilan Perempuan Diprotes

Jum'at, 23 Januari 2009 | 11:12 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Calon legislator dan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya Bambang Soesatyo keberatan dan memprotes soal akan terbitnya peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) tentang kuota keterwakilan perempuan.

"Terus terang saya tergelitik," ujar Bambang seperti tertulis pada pesan pendeknya kepada Tempo, Jumat (23/1). Menurut Bambang, aturan ini jelas meminggirkan aspek keadilan dan keputusan Mahkamah Konstitusi soal suara terbanyak.

"Saya setuju dengan pendapat bahwa keputusan MK telah meruntuhkan aturan nomor urut dan ambang suara 30 persen. Dan itu pula yang mendorong para caleg saat ini baik nomor urut satu sampai nomor urut sepatu, all out habis-habisan merogoh kocek agar mendapat suara terbanyak di partainya masing-masing," ujar Bambang yang merupakan calon legislator nomor urut 1 di daerah pemilihan Jawa Tengah.

Komisi Pemilihan Umum akan segera menerbitkan peraturan Komisi Pemilihan Umum soal keterwakilan perempuan di mana aturan ini mengatur setiap tiga calon legislator terpilih, satu di antaranya harus perempuan. Jika tidak ada perempuan, salah satu calon laki-laki harus bersedia mundur untuk memberi jatah ke calon legislator perempuan.

"Bahkan tidak sedikit (calon legislator) yang berkorban menjual aset atau bahkan meminjam dana. Lalu karena ada keharusan keterwakilan wanita, dia kehilangan kursi yang menjadi haknya lewat perjuangan keras. Di mana letak keadilannya?" kata Bambang.

Menurut Bambang, aturan ini rawan menimbulkan konflik karena tidak jelas apa kriteria calon legislator yang mundur tersebut. Belum lagi, tidak banyak orang mau dan mudah memberikan kursinya ke orang lain terlebih jika diperoleh dengan kerja keras. "Bagaimana kalau ada jumlah suara yang sama di satu partai di satu dapil untuk satu kursi? Apakah UU sudah mengaturnya? Ini potensi-potensi konflik yang diperkirakan bakal melukai rasa keadilan siapapun yang mengalaminya," kata dia.

Jumat, 16 Januari 2009

Sultan dan Taufiq Kiemas Bertemu 2 Jam di Yogya

Sultan dan Taufiq Kiemas Bertemu 2 Jam di Yogya
detikcom - Sabtu, Januari 17

Pertemuan antar tokoh politik menjelang pemilu 2009 makin intensif. Sri Sultan Hamengku Buwono X yang bakal maju dalam pemilihan presiden (pilpres) bertemu Taufiq Kiemas di Yogyakarta. Sinyal untuk duet Mega-Sultan?

Pertemuan Sultan dengan suami Ketua Umum DPP PDIP Megawati itu semakin intensif setelah pertemuan di Jakarta beberapa waktu lalu. Saat itu Sultan menghadiri peluncuran buku 'Mereka Bicara Mega' di Hotel Sultan Jakarta pada tanggal 12 Desember 2008.

Pertemuan antara Sultan dengan Taufiq Kiemas di DI Yogyakarta digelar di restoran di Hotel Hyatt, di Jl Palagan Tentara Pelajar, Sleman, Jumat (16/1/2009). Pertemuan berlangsung selama lebih kurang 2 jam mulai pukul 19.30-21.30 WIB.

Saat Sultan datang dengan mengenakan kemeja batik dipadu celana panjang hitam, Taufiq langsung menyambutnya dengan ramah. Saling berjabat tangan dan bertegur sapa menunjukkan kedua tokoh tersebut memang sudah akrab sejak lama.

Setelah duduk, keduanya tampak ngobrol serius. Sesekali terlihat keduanya tersenyum dan tertawa. Tampak hadir dalam pertemuan itu adalah Ketua DPD PDIP DIY H. Djuwarto yang juga Ketua DPRD DIY beserta beberapa orang pengurus.

"Tempat duduk saya agak berjauhan dengan kedua beliau, sehingga tidak bisa mendengarkan semua yang dibicarakan. Situasi saat ngobrol juga santai," kata Djuwarto.

Menurut dia, pertemuan antara kedua tokoh ini harus diapresiasi secara positif mengingat pemilu semakin dekat. Pertemuan ini merupakan silaturahmi biasa untuk saling bertemu dan mengunjungi. Rencananya Taufiq Kiemas akan menghadiri acara yang digelar Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Dr Edy Suandi Hamid di kampus terpadu Jl Kaliurang Km 14, Sleman pada hari Sabtu 17 Januari 2009.

"Pertemuan ini sebagai silaturahmi biasa. Saling kunjung-mengunjungi ini mudah-mudahan bisa menjadi sinyal yang positif. Tapi memang keduanya sudah dekat sejak lama," kata Djuwarto.

Sebagaimana diketahui, Sultan merupakan salah satu tokoh dari sejumlah nama yang akan digandeng Megawati sebagai cawapres. Bahkan, dalam survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI), duet Mega-Sultan merupakan rival duet SBY-JK.

Rabu, 14 Januari 2009

Mereka Calon Wapresnya Mega?

Mereka Calon Wapresnya Mega?


KOMPAS/Wisnu Widiantoro
Ketua Umum Partai Hanura Jenderal (Purn) Wiranto

JAKARTA, SABTU — Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sudah disodori lima nama calon pendampingnya untuk maju dalam Pemilu Presiden 2009. Dengan begitu, Presiden RI ke-5 itu tinggal tunjuk nama calon wakil presiden (cawapres)-nya.

Rencananya, nama-nama itu ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional di Solo, Jawa Tengah, akhir Januari ini. Meski pihak PDI Perjuangan belum mau terbuka soal lima nama itu, kabar yang beredar nama-nama calon pendampingnya adalah Prabowo Subianto (Gerindra), Wiranto (Hanura), Sri Sultan Hamengku Buwono X (Golkar), Hidayat Nur Wahid (Partai Keadilan Sejahtera), dan Ryamizard Ryacudu (mantan KSAD). Tiga nama pertama mendeklarasikan diri siap jadi capres.

Akan tetapi, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung belum mau membenarkan lima nama itu. Dia mengatakan, sebenarnya ada sejumlah nama capres yang datang ke PDI Perjuangan untuk melamar sebagai cawapres.

"Nama-nama itu adalah nama capres yang sekarang beredar, mereka sudah melamar," katanya tanpa bersedia merinci siapa saja capres yang disebutnya itu saat dihubungi Jumat (9/ 1).

Megawati sendiri baru menetapkan satu orang cawapresnya, dari daftar nama yang disodorkan, setelah Pemilu Legislatif selesai. Sebab, hasil Pemilu 2009 akan menentukan parpol yang mendapatkan kursi terbanyak di DPR. Dengan begitu, akan diketahui berapa jumlah capres dalam Pemilu Presiden 2009.

Menurut Anung, dengan aturan yang ada, di mana capres disyaratkan harus didukung oleh 20 persen perolehan kursi di DPR atau 25 persen perolehan suara nasional. Dia memprediksi, Pemilu Presiden 2009 hanya akan ada tiga calon. Setidaknya, aturan itu akan membuat orang yang gagal menjadi capres melamar kepada Megawati sebagai cawapres.

Saat ini, Megawati masih melakukan kunjungan kepada konstituennya di wilayah Indonesia Timur. Dalam setiap kunjungannya di Ambon, dia mengkritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengesampingkan tugas kenegaraaan karena sibuk berkampanye.

Dalam kesempatan itu, Mega berharap TNI dan Polri bersikap netral dalam Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden mendatang. (moe)

Megawati Janji Bangun Kembali Karakter Bangsa

Megawati Janji Bangun Kembali Karakter Bangsa


DOK. KOMPAS

KUPANG, JUMAT- Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnopoetri yang sudah memastikan diri bakal maju sebagai calon presiden berjanji, jika terpilih sebagai Presiden pada Pemilu Presiden 2009, dia akan memberi perhatian pada pembangunan kembali karakter bangsa.

"Kalau saya ditanya apa yang akan anda lakukan jika terpilih sebagai Presiden, maka jawaban saya adalah membangun kembali jati diri dan mental anak bangsa saya," kata Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu, di Kupang, Jumat (9/1).

Menurut dia, negara-negara yang mengalami kemajuan yang sangat besar di berbagai bidang dewasa ini karena jati diri dan mental anak bangsanya sangat kuat. "Jati diri, mental anak bangsa harus dibangun kembali, karena jika tidak maka bangsa ini akan tetap dijajah," katanya.

"Saya sudah mengelilingi tiga perempat bangsa di dunia. Saya menyaksikan sendiri banyak sekali negara-negara yang sukses membangun ekonominya karena jati diri dan mental anak-anak bangsanya sangat kuat. Kalau kita tetap tidur, maka kita akan dijajah lagi," kata Megawati.

Ia menambahkan, ketika dirinya menjabat Presiden selama tiga tahun selalu keberatan dengan bantuan-bantuan yang ditawarkan luar negeri. Alasannya karena tidak ingin meninabobokkan rakyat Indonesia.

"Saya katakan, itu bukan namanya bantuan, tetapi hutang. Kalau namanya hutang harus dibayar. Stop, jangan ninabobokkan rakyat saya," katanya di hadapan sekitar 5.000 umat yang menghadiri perayaan Natal bersama masyarakat Kupang.

Megawati juga menyinggung tentang tambang emas di Papua yang dikunjunginya beberapa hari lalu untuk menghadiri perayaan Natal bersama masyarakat di Papua. "Saya tersentak melihat kekayaan alam yang ada di Papua, tetapi pertanyaannya, kapan rakyat Indonesia bisa kelola sendiri," katanya.

Karena itu, pembangunan kembali jati diri dan mental bangsa ini menjadi hal yang sangat penting dan strategis untuk membangun Indonesia menjadi suatu negara yang maju dan sejajar dengan negara lain.

Kunjungan Megawati ke Kupang itu merupakan bagian dalam lawatannya ke Indonesia bagian timur sejak 6 Januari lalu, dengan menyinggahi Papua, Maluku, Manado dan Ujungpandang.

Setelah menghadiri perayaan Natal bersama di Kupang, Megawati yang didampingi Sekjen DPP PDI Perjuangan Pramono Anung dan puluhan pengurus PDIP lainnya akan terbang kembali ke Jakarta.

Selasa, 06 Januari 2009

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan


J KRISTIADI

Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan sistem pemerintahan yang kompatibel dengan sistem kepartaian sehingga dapat mewujudkan pemerintahan yang efektif. Kedua, meningkatkan kualitas partai politik sebagai institusi penopang demokrasi. Ketiga, meningkatkan kinerja lembaga perwakilan rakyat, dan terakhir, menyertakan keterlibatan 30 persen perempuan dalam lembaga perwakilan rakyat.

Setelah Undang-Undang Politik disahkan, kecuali Rancangan Undang-Undang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD, beberapa tujuan yang ingin dicapai mulai memberikan gambaran yang tak terlalu buruk. Paling spektakuler adalah kesepakatan untuk menyertakan perempuan sebanyak 30 persen dalam lembaga perwakilan. Namun, yang patut disayangkan, tujuan untuk meningkatkan kualitas parpol dengan menciptakan sistem multipartai terbatas masih belum dapat diraih karena kompromi kepentingan sempit partai politik.

Salah satu aspek yang dianggap menjadi nilai lebih Pemilu 2009 adalah keputusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan calon anggota legislatif (caleg) suara terbanyak yang berhak mendapatkan kursi di parlemen. Keputusan itu memorakporandakan oligarki dan dinasti politik partai. Gagasan itu cukup lama menjadi topik diskusi publik yang hangat serta mendapatkan dukungan dari masyarakat. Meski gagal dituangkan dalam UU Pemilu, ide itu dengan alasan pragmatis diadopsi Partai Golkar yang dalam proses pembahasan UU menolak habis-habisan.

Namun, karena menghadapi kenyataan mesin organisasi tak efektif, pilihannya adalah menggerakkan mesin partai melalui kadernya yang menjadi caleg. Partai Golkar berubah kiblatnya. Tentu kelompok lain sangat menyayangkan keputusan itu, terutama parpol yang memberikan privilese kader partai yang dianggap andal atau yang dekat dengan pimpinan, sehingga mendapatkan nomor kecil, menjadi berantakan. Namun yang lebih mahal harganya adalah ongkos yang harus dibayar kelompok perempuan. Affirmative action yang dimaksudkan untuk menghasilkan proporsi 30 persen perempuan agar kebijakan publik tidak bias jender juga menjadi kacau-balau.

Akan tetapi, hal itu tidak dapat dihindari mengingat dari beberapa tujuan pemilu, secara inheren sering kali tujuan yang satu bisa bahkan bertentangan dengan tujuan yang lain. Misalnya, tujuan untuk mendapatkan anggota parlemen yang akuntabel dengan sistem suara terbanyak tidak sejalan dengan tujuan mendisiplinkan kader partai. Karena itu, politik adalah pilihan, prioritas, dan agenda sehingga tak semua dapat dicapai sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Mengenai agenda kuota perempuan, mungkin gagasan yang menyarankan agar caleg perempuan tidak diikutsertakan dalam ketentuan suara terbanyak dapat dipertimbangkan.

Dalam perspektif ini dapat dikatakan mesin demokrasi berjalan. Berbagai kepentingan politik subyektif, kelompok, golongan, bahkan yang saling bertentangan secara diametral, selain dapat menghasilkan kompromi yang positif, dapat pula merelatifkan sesuatu yang dianggap mutlak atau berlebihan.

Iklan politik yang gencar dilakukan parpol dan mulai dianggap mengancam kepentingan partai lain menimbulkan reaksi balik lawan politiknya untuk meredakan laju popularitas partai itu. Misalnya, iklan tokoh sentral Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang dianggap mulai mendominasi publik, dilawan dengan menghidupkan kembali Panitia Khusus DPR terkait penghilangan paksa yang oleh Partai Gerindra dianggap sekadar rekayasa untuk menjatuhkan tokoh sentralnya.

Demikian pula Partai Gerindra menganggap tanggapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam putusan pengadilan almarhum Munir sebagai manuver politik untuk mencegah semakin meningkatnya popularitas partai itu.

Meragukan KPU

Dinamika politik yang memberikan harapan bagi Pemilu 2009 terancam oleh kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU). Ancaman itu tidak boleh dianggap sepele karena pertaruhannya adalah masa depan politik Indonesia. Banyak kalangan meragukan KPU mempunyai kapasitas untuk menyelenggarakan Pemilu 2009 sebagaimana dilakukan KPU sebelumnya.

Dalam menangani berbagai masalah, kelihatan KPU sangat lamban dan memberikan kesan tidak profesional serta tidak tahu persis apa yang mau dilakukan. Misalnya, mengenai tindak lanjut keputusan MK tentang sistem pemilihan caleg terpilih berdasarkan suara terbanyak, mereka seakan-akan cuci tangan serta lebih menyandarkan atau menyerah kepada pemerintah dengan mengharapkan terbitnya peraturan pemerintah pengganti undang-undang. Tak ada kesan mereka secara gigih dan cerdas sebagai lembaga independen dan terhormat mencari jalan keluar sendiri secara kreatif.

Oleh karena itu, tak berlebihan komentar Bachtiar Effendi yang menyatakan, ketidaksiapan KPU, kesalahannya telah terjadi sejak proses pemilihannya (Kompas, 5/1). Tentu banyak kalangan masih ingat kontroversi perekrutan anggota KPU yang dianggap cacat karena melanggar UU No 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu karena mengabaikan ketentuan tentang rekam jejak para calon. Bahkan, terdengar isu miring proses pemilihan anggota KPU sangat diwarnai kepentingan dan ambisi politik perorangan yang mencoba ingin mengendalikan KPU.

Terlepas dari kinerja KPU yang diragukan banyak kalangan, bagaimanapun pemilu adalah hajatan rakyat. Karena itu, Pemilu 2009 yang cukup menjanjikan harus diselamatkan. Semua pihak diharapkan ikut ambil bagian untuk menyelamatkan karya bangsa dalam membangun sivilisasi politik baru. Pemerintah, dalam hal ini presiden, sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pemilu, tanpa mengintervensi independensi KPU, dalam batas-batas tanggung jawab dan kewenangannya, dapat mengambil bagian untuk ikut menyelamatkan Pemilu 2009.

Sementara itu, parpol diharapkan tidak hanya melakukan kampanye murahan. Mereka diharapkan melakukan kampanye yang lebih berkualitas dengan memfokuskan pada pendidikan politik rakyat. Dengan demikian, Pemilu 2009 akan mengukuhkan tonggak dan melembagakan proses bangsa Indonesia mewujudkan kedaulatan rakyat.

Megawati ke Mimika Besok

Megawati ke Mimika Besok


KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Megawati Soekarnoputri


TIMIKIA, SENIN -
Ketua Umum DPP PDI-Perjuangan, Megawati Soekarnoputri akan melakukan Provinsi Papua Rabu (7/1). Kepastian kunjungan Megawati ke Timika disampaikan Sekretaris DPD PDIP Kabupaten Mimika, Amandus Narwadan di Timika, Selasa.

Menurut Amandus, kunjungan Megawati ke Timika itu adalah dalam rangka melakukan tatap muka sekaligus menggelar dialog dengan masyarakat Mimika.

"Kedatangan beliau (Megawati-red) ke Timika tidak ada maksud lain, sekadar berdialog dengan para tokoh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Mimika menyangkut berbagai perkembangan yang terjadi di daerah," jelas Amandus.

Megawati yang akan didampingi sekitar 54 pengurus DPP PDIP itu direncanakan tiba di Timika, Rabu siang dengan menumpang pesawat carteran. Setiba di Timika, putri sulung Bung Karno ini akan melakukan tatap muka dan dialog dengan tokoh masyarakat beserta Pemerintah Kabupaten Mimika bertempat di Gedung Eme Neme Yauware Timika.

Pertemuan tersebut juga direncanakan akan dihadiri oleh Gubernur Papua, Barnabas Suebu dan Ketua DPD PDI-Perjuangan Provinsi Papua, Komarudin Watubun. Pada Kamis (8/1) pagi, rombongan Megawati direncanakan akan meninjau areal tambang PT Freeport Indonesia (PTFI) di Grassberg Tembagapura. Selanjutnya pada Kamis siang Megawati akan melanjutkan perjalanan ke Ambon dan seterusnya ke Kupang-Nusa Tenggara Timur (NTT).

Warga Setuju Suara Terbanyak

Warga Setuju Suara Terbanyak


KOMPAS/PRIYOMBODO

BANDAR LAMPUNG, SENIN- Sebagian warga Kota Bandarlampung yang menjadi pemilih pada Pemilu 2009 mengaku sepakat dengan pola suara terbanyak, karena pilihan mereka umumnya di nomor urut bawah. "Kami memilih caleg nanti bukan berdasarkan dari partai apa dia, tetapi siapa caleg tersebut," kata Edi S, warga Kedaton, Bandarlampung, Senin (5/1).

Lelaki yang bekerja di bengkel mobil itu mengaku telah muak dengan janji-jani yang diberikan caleg pada Pemilu 2004, sehingga untuk pemilu tahun ini lebih selektif. "Pemilu 2004, ada seorang caleg yang menjanjikan sesuatu, tetapi hingga akan berakhir jabatannya belum direalisasi," kata dia.

Karena itu, lanjutnya, pada pemilu mendatang caleg yang minta dukungan kepada dia dan warga di lingkungannya harus bisa memberikan sesuatu di muka. "Kami membantu dia, dan sebaliknya. Kami perlu sesuatu yang bisa digunakan bersama-sama sekarang. Sebab, kalau nanti setelah jadi, caleg tersebut bukannya lupa, tapi gak punya waktu lagi," kata dia sambil berkelakar.

Menyinggung siapa yang bakal didukung, Edi menjelaskan sudah ada dari salah satu partai dengan nomor urut kecil atau di bawah. "Dengan pola suara terbanyak, nampaknya peluang kawan itu bisa lebih terbuka," kata pria lulusan SMT otomotif itu.

Warga lainnya, Khairul mengatakan, memang secara umum ada salah satu partai yang akan didukung, tetapi caleg untuk daerah pemilihannya tidak sesuai dengan hati nuraninya.

"Karena itu, saya lebih memilih caleg dari partai lain yang dikenal, bukan memilih caleg dari partai yang saya dukung tersebut karena tidak tahu darimana asalnya," kata dia.

Salah seorang caleg dari PAN untuk DPRD Provinsi Lampung, Doni Irawan, mengatakan, partainya telah jauh hari menerapkan suara terbanyak, bahkan dengan surat pernyataan di atas meterai.

"Kami sudah lama bersosialisasi hal itu, jadi dengan adanya ketentuan suara terbanyak buat kami tidak kaget lagi," kata dia.