Minggu, 26 Desember 2010

Taufiq Kiemas: PKS Sudah Punya Capres Sendiri

Taufiq Kiemas: PKS Sudah Punya Capres Sendiri
PDI Perjuangan menduga niatan itu dikarenakan PKS sudah punya calon presiden sendiri.
 
Senin, 27 Desember 2010, 11:59 WIB
Ismoko Widjaya, Mohammad Adam
Taufiq Kiemas dan Megawati Soekarnoputri (Antara/Nyoman Budhiana)

VIVAnews - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berencana membangun koalisi Partai Tengah. PDI Perjuangan menduga niatan itu dikarenakan PKS sudah punya calon presiden sendiri untuk maju di 2014.

"Kalau saya lihat, Demokrat belum punya calon. PDIP juga belum punya calon. Mungkin PKS sudah punya calon (presiden) ya?" kata Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP Taufiq Kiemas di gedung DPR, Jakarta, Senin 27 Desember 2010.

Meski demikian, Taufiq yang juga Ketua MPR ini tidak mempermasalahkan rencana PKS untuk membangun koalisi Partai Tengah.
"Kami (PDIP) hanya penyeimbang. Bila pemerintah bagus, kami sokong. Tidak bagus, tidak kami sokong. Maksudnya bagus itu pada konstitusi ya," ujar suami dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri ini.

Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal PKS Mahfudz Siddiq menyatakan tak puas dengan mekanisme yang berjalan di Sekretariat Gabungan (Setgab) dan mengajak partai-partai untuk membangun koalisi 'partai tengah' untuk mengimbangi koalisi Partai Demokrat dan Golkar.

Mahfudz juga menyebut, Golkar dan Demokrat memiliki kepentingan di Setgab untuk pemenangan Pemilu 2014. Maka itu, Mahfudz mengatakan bukan tak mungkin kekuatan tengah dapat memunculkan capres sendiri.

Taufiq memang menduga PKS sudah punya calon presiden sendiri. Tapi, bila sama-sama belum punya calon, menurut Taufiq pasti selalu ada solusi terbaik. "Bangsa ini ajaib. Setiap krisis, Tuhan selalu kasih jalan keluar," kata Taufiq. (sj)
• VIVAnews

Rabu, 24 November 2010

Pemkab Sleman Siap Antisipasi Pergerakan Massal Pengungsi Merapi

Jumat, 19/11/2010 17:52 WIB
Pemkab Sleman Siap Antisipasi Pergerakan Massal Pengungsi Merapi 
Fajar Pratama - detikNews
 
Yogyakarta - Radius bahaya Gunung Merapi untuk Kabupaten Sleman telah diturunkan. Untuk itu Pemkab siap mengambil langkah untuk mengantisipasi kemungkinan adanya pergerakan massal pengungsi yang bergerak meninggalkan pengungsian.

"Ya kita siap mengantisipasi. Kita siap membantu transportasi. Kita tahu warga masyarakat ingin pulang," ujar Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Jumat (19/11/2010) sore.

Namun Yuni menggarisbawahi, para pengungsi diminta untuk selalu berkoordinasi dengan pemerintah setempat, terkait dengan titik-titik mana yang sudah masuk dalam kategori aman.

"Jadi untuk daerah yang masih berbahaya jangan sampai ditempati," papar perempuan berkacama mata minus ini.

Sedangkan untuk para pengungsi yang masih belum dapat menempati rumahnya karena berada dalam zona bahaya, Pemkab Sleman siap membantu dengan mengkondisikan barak yang ada di atas. Barak-barak tersebut merupakan pos pengungsian yang dulu ada saat radius bahaya berjarak 10 kilometer.

"Kami akan bantu membersihkan. Menyediakan pasokan air, juga untuk Kecamatan Turi, Cangkringan dan Pakem," terang Yuni.

Pemerintah melalui Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) pagi ini telah mengumumkan bahwa radius bahaya di kawasan Merapi kembali dipersempit. Kabupaten Sleman yang pada penyempitan radius bahaya 'jilid 1' tak diturunkan jaraknya kali ini mendapat kabar gembira.

Untuk wilayah di sebelah barat Kali Boyong radius bahaya menjadi 10 km. Sedang yang berada di timur sungai tersebut sampai ke Kali Gendol, radius bahaya menjadi 15 km. Untuk wilayah Magelang dan Boyolali juga mengalami penurunan yakni masing-masing 5 dan 10 kilometer.

(fjr/nwk)

Din Syamsudin Jadi Saksi Pernikahan Sepasang Pengungsi Merapi

 Din Syamsudin Jadi Saksi Pernikahan Sepasang Pengungsi Merapi 
 
Fajar Pratama - detikNews
Rabu, 17/11/2010 14:48 WIB
Yogyakarta - Mungkin saja Agung Setiawan dan Lisnawati kelak tidak akan pernah melupakan setiap momen pernikahan mereka. Selain dilangsungkan di pengungsian, yang menjadi saksi pernikahan mereka adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Dan hebatnya publik figur yang terlibat dalam pernikahan tersebut tak hanya Din. Turut jadi saksi, Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu, Camat Pakem Budiharjo, Camat Cangkringan Syamsul Bakri dan sejumlah anggota DPRD Sleman.

Upacara pernikahan dilangsungkan di lantai dua stadion Maguwoharjo, dihadiri oleh sanak saudara dari kedua mempelai. Seremoni berlangsung sederhana namun khidmat.

Mempelai pria, Agung mengatakan bahwa pernikahan tersebut terpaksa dilaksanakan di barak pengungsian karena rumah dan harta benda keluarga mempelai perempuan di Dusun Kopeng, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman luluh lantak diterjang awan panas erupsi Gunung Merapi.

"Rumah saya juga masih diselimuti abu vulkanik," tandas pria berusia 22 tahun asal Jatimulyo, Kabupaten Magelang ini kepada wartawan, Rabu (17/11/2010) siang.

Agung sendiri bersikukuh untuk tetap melaksanakan rencana pernikahan yang telah ditentukan sebelumnya. Meski abu vulkanik menghadang, dia tidak mau menunda momen spesial dalam hidupnya tersebut, karena di adat jawa hari baik itu tidak boleh ditunda.

"Sebelumnya kami memang telah menentukan hari pernikahan yang bertepatan dengan Idul Adha ini. Kami tak mau menunda tanggal pernikahan yang sudah ditetapkan, karena tanggal dan bulan inilah yang menurut para orang tua kami yang paling baik, nggak bisa diubah, apapun kondisinya," tegasnya mantap.

Menurut dia, dirinya bersama keluarganya juga menyadari kondisi keluarga calon istrinya yang sedang dalam kesusahan karena bencana Merapi, sehingga tidak masalah pernikahan dilangsungkan di barak pengungsian.

"Setelah menikah ini istri akan saya bawa ke rumah saya di Magelang dan tinggal sementara di sana," katanya.

Din yang juga memberikan khutbah pada upacara pernikahan ini sempat menawarkan kepada mempelai untuk berbulan madu tiga hari di rumah pribadinya di Pogungharjo Sleman atau memilih salah satu hotel berbintang di Yogyakarta untuk bulan madu tiga hari.

Namun tak disangka, kedua mempelai itu menolak secara halus tawaran Ketua Umum Muhammadiyah itu.

"Terimakasih Pak. Pernikahan ini sudah jadi kado terbaik buat kami. Semuanya sedang susah, kami tak bisa tinggal di hotel atau rumah bapak," tolak Agung yang merupakan pekerja di perkayuan itu dengan sopan.

(fjr/gah)

Kamis, 27 Mei 2010

Hasil akhir Rekapitulasi Pemilukada (KPUD Sleman)

KPUD Sleman telah menetapkan hasil akhir Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemiliukada Sleman. Cabup Sri Purnomo dan Cawabup Yuni Satia Rahayu (Nmr urut 4) memperoleh jumlah hasil 174.571 dukungan suara (prosentase 35.18 %) Unggul dari pasangan nmr urut 1 (104.672 suara-21.5%), nmr urut 2 (14.860 suara-3.3%), nmr urut 3 (106.838 suara-21.3%), nmr urut 5 (16.700 suara-3.37%), nmr urut 6 (67.904 suara-13.6%), nmr urut 7 (10.645 suara-2.15%).
Surat Suara Yang Tidak Sah berjumlah : 1.370 suara.

(Sumber : KPUD Sleman.27 Mei 2010)

Rabu, 05 Mei 2010

SEHARI BERSAMA BU YUNI (1)

Sabtu, 17 April 2010 06:12:00

Bu Yuni menebar jenang sumsum dan menikmati sego angler. (foto:krjogja.com/B Murdoko)
Ikut Angler di Sawah Mbah Arjo

Pengantar Redaksi: Komite Tegar Budaya (KTB), wadah para relawan pelestari kebudayaan lokal, mengadakan serangkaian kegiatan yang berbau tradisional, Kamis (15/4). Dalam kegiatan ini KTB mengajak Yuni Satia Rahayu SS, MHum, Cawabub Kabupaten Sleman yang berpasangan dengan Drs H Sri Purnomo MSi. Susur kebudayaan yang berlangsung seharian penuh diawali dengan rekonstruksi upacara selamatan pada masa menanam padi atau 'angler' di bulak Janturan Tirtoadi Mlati, dilanjutkan melihat proses pembuatan peralatan rumah tangga tradisional sapu, keset dan matras dari sabut kelapa di Sanggrahan Tirtoadi, melihat pembuatan makanan tradisional gathot-thiwul di Kaweden Tirtoadi, mengunjungi tukang 'pande' besi (perajin peralatan pertanian tradisional) di pedukuhan Daplokan Margomulyo Seyegan, membeli ikan di kelompok petani ikan 'Mina Kepis' Burikan Sumberadi Mlati untuk ditebar di Selokan Mataram. Redaktur Pelaksana krjogja.com Bambang Murdoko yang bergabung di KTB menyajikan laporan kegiatan susur kebudayaan lokal tersebut.

PAGI hari di Pedukuhan Janturan Tirtoadi Mlati Sleman Yogyakarta tiba-tiba saja telah berdiri beberapa boneka dari jerami di pinggir jalan kampung. Bentukan yang dimasa lalu di kenal sebagai memedi manuk tersebut tentu saja mengundang perhatian warga setempat yang kebetulan melihatnya.

Warga yang penasaran pun segera melakukan penelitian, kemudian diperoleh jawaban, Mbah Arjo akan melaksanakan Angler, upacara selamatan pada saat menanam bibit padi yang dulu biasa dilaksanakan petani dan selalu diserbu anak-anak karena bagi yang ikut angler akan mendapat nasi beserta lauk-pauknya. Beredar kabar juga, kalau Angler di sawah Mbah Arjo yang terletak di depan rumah, barat dusun, akan dihadiri Bu Yuni, demikian warga menyebut cawabub Kabupaten Sleman Yuni Satia Rahayu SS MHum yang berpasangan dengan Drs H Sri Purnomo MSi.
Perdebatan antar warga pun terjadi. Ada yang percaya, ada juga yang tidak percaya. "Aiyak, ra mungkin Bu Yuni kerso rawuh mrene, melu angler panas-panas neng sawah (Ala, tidak mungkin Bu Yuni mau datang ke sini ikut angler berpanas-panas di sawah," ujar salah satu warga.
Memang kehadiran Bu Yuni dalam kegiatan Angler di Janturan tidak dipublikasikan ke warga. Bahkan Mbah Arjo yang diminta oleh KTB mengadakan angler tidak diberitahu kecuali hanya akan didatangi para mahasiswa aktivis KTB. Janda sepuh tersebut baru tahu kalau rumahnya kerawuhan priyagung (kedatangan orang besar) setelah diperkenalkan dengan Bu Yuni seusai pemanjatan do'a.
Tahu kalau salah satu tamunya Cawabub, Mbah Arjo pun semlengeren (tertegun). Untuk beberapa saat terduduk dikursi tanpa mampu mengucapkan sepatah kata pun. Hanya dari wajahnya tersirat rasa syukur. Bagi masyarakat biasa, kedatangan 'orang besar' merupakan anugerah yang luar biasa karena diyakini dapat ketularan munggah drajat (naik drajatnya).
Karena itu kehadiran Bu Yuni yang ikut larut dalam keceriaan angler hingga rela berpanas-panas di pematang sawah, memberi kejutan tersendiri bagi warga pedukuhan Janturan yang ikut angler di sawah Mbah Arjo. Selain ikut menebar jenang sungsum ke hamparan tanaman padi yang baru saja di tanam, Bu Yuni juga ikut asyik menikmati segoliwet berlauk sengek kates-tempe dan ingkung yang menjadi ciri khas makanan yang dibagi-bagikan kepada peserta angler.
"Tradisi angler perlu dilestarikan karena pada hakekatnya memberi sedekah dan menamakan rasa syukur serta penyerahan wewenang kepada Tuhan tatkala memulai usaha, ini merupakan suatu pendekatan yang sangat luar biasa sehingga petani tidak merasa was-was dan tidak kemrungsung dalam mengikuti proses produksi. Makanya para petani berumur lebih panjang seperti Mbah Arjo walau sudah berusia 78 tahun tapi masih sehat," tutur Bu Yuni.(*)

Kamis, 21 Januari 2010

Nurul Roboh Tak Berdaya Tak Jauh dari Majikan yang Sedang Makan

Jumat, 22 Januari 2010 | 10:04 WIB
i
KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Seorang pembantu asal Indonesia, Nurul Aida, meninggal dunia ketika dibawa oleh agennya ke KBRI di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (21/1/2010) sekitar pukul 21.25, dan penyebab kematiannya sedang diselidiki pihak kepolisian.
  
"Nurul Aida dibawa ke Kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur oleh tiga wanita warga Malaysia untuk mendapatkan perlindungan karena diduga korban disiksa majikan," kata seorang staf Satgas Pelayanan dan Perlindungan WNI di KBRI Kuala Lumpur, Satya,  Jumat dini hari.
   
Nurul dibawa tiga wanita Malaysia dari rumah majikannya di Melaka dengan menggunakan sebuah mobil. Ketiga wanita itu terdiri atas dua etnis China dan satu Melayu. Sebelumnya, Oktober 2009, pembantu Indonesia asal Jawa Timur,  Muntik, meninggal karena disiksa majikannya.
  
Berdasarkan keterangan Too, salah seoarang dari mereka, Nurul Aida ditemukan tergeletak di lantai dengan muka pucat. Sementara kedua majikannya sedang makan di meja makan tidak jauh dari Nurul yang sedang tergeletak tidak berdaya.
  
Saat itu Too datang ke rumah majikan Nurul. Melihat pembantu Indonesia itu dalam keadaan tergeletak dan muka pucat, Too kemudian meminta izin agar Nurul dibawanya pergi. Kedua majikan setuju asalkan tidak memanggil ambulans dan polisi, demikian keterangan Too kepada staf Satgas KBRI, Satya.
  
Atas bantuan anak majikan, Nurul diangkat ke mobil Too. Salah seorang teman Too, bekas perawat, juga ikut menjadi saksi. Too ternyata tidak membawa Nurul ke kantor polisi atau rumah sakit, tapi membawanya ke KBRI di Kuala Lumpur. Waktu tempuh antara Melaka dan Kuala Lumpur menggunakan mobil adalah dua jam.

Dalam perjalanan
  
Diduga dalam perjalanan Nurul meninggal dunia.  "Menurut pengakuan Too dan kawannya, karena sudah menimbulkan bau tak sedap, Nurul dipindahkan dari kursi mobil ke bagasi, tetapi sudah diberikan alas dan selimut," kata Satya.
  
"Setelah tiba di Kedutaan dan diterima petugas piket, saya meminta Too membawa jenazah Nurul ke Hospital Kuala Lumpur, di mana rumah sakit itu juga ada kantor polisinya, untuk diotopsi dan dibuatkan laporan polisi setelah konsultasi dengan wakil kepala polisi Melaka," kata Satya.
  
"Terus, kepolisian Melaka marah besar kenapa ada kejadian ini dibawa ke Kedutaan, bukannya ke kantor polisi atau ke rumah sakit," kata Satya setelah konsultasi dengan kepolisian Melaka dan Kuala Lumpur.
  
Oleh sebab itu, Too dan seorang kawannya, yang semula berniat membantu Nurul, kini dijadikan tersangka pembunuhan dan ditahan seminggu untuk dimintai keterangan oleh kepolisian Kuala Lumpur.
   
Setelah ditanya kepolisian, barulah diketahui bahwa Too ternyata pemasok pembantu individual (perseorangan), bukan sebuah perusahaan agen resmi. Ia memberikan Nurul Aida kepada seorang majikan India untuk dijadikan pekerja di restoran.
    
"Karena Aida datang sebagai pelancong di Malaysia dan belum ada izin kerja, maka Too sering mengontrol Nurul. Saat datang ke majikan Nurul, Kamis sore, ternyata dia tergeletak di lantai dengan muka pucat dan biru, sedangkan majikannya malah asyik makan," kata Satya berdasarkan cerita Too.
   
Sebagai pemasok pembantu, Too memegang paspor Nurul Aida. Berdasarkan paspor itu, Nurul masuk ke Malaysia pada 1 Februari 2009 sebagai turis (pelancong). Paspor dikeluarkan dari Tanjung Balai Asahan pada 23 Januari 2009.
  
"Harusnya Nurul keluar Malaysia pada 28 Maret 2009, jadi kini status dia adalah pendatang ilegal karena overstay," kata Galuh, seorang staf Satgas KBRI, yang mendampingi Satya.

Indeks Pendidikan Naik Urutan Indonesia Masih Ke-65 di Dunia

Jumat, 22 Januari 2010 | 04:48 WIB
Jakarta, Kompas - Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all di Indonesia membaik. Meskipun masih berada dalam kategori negara dengan pencapaian sedang, posisi Indonesia semakin dekat untuk bisa masuk dalam kategori pencapaian tinggi.
Indeks Pembangunan Pendidikan atau Education Development Index (EDI) dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80.
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2010 yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan Selasa (19/1) kemarin, EDI Indonesia tahun 2007 adalah 0,947. Nilai itu naik dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,925.
Indonesia pada saat ini berada di urutan ke-65 dari 128 negara. Sebanyak 62 negara berada dalam kategori pencapaian tinggi, di antaranya Brunei. Sebanyak 36 negara di kategori sedang, di antaranya Indonesia, Malaysia (69), dan Filipina (85). Sisanya masuk dalam kategori rendah, seperti India, Kamboja, Laos, dan Nigeria.
Tiap tahun
Global Monitoring Report dikeluarkan setiap tahun yang berisi hasil pemonitoran reguler pendidikan dunia. Indeks pendidikan tersebut dibuat dengan mengacu pada enam tujuan pendidikan EFA yang disusun dalam pertemuan pendidikan global di Dakar, Senegal, tahun 2000.
Total nilai EDI diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar.
Meskipun pencapaian EDI di banyak negara semakin membaik, diingatkan supaya tetap fokus untuk menjangkau anak- anak marginal. Terjadinya krisis ekonomi global dikhawatirkan semakin sulit bagi anak-anak marginal untuk mengakses pendidikan.
Anak-anak marginal adalah mereka yang menjadi korban dari kemiskinan, hidup di daerah terpencil dan konflik, serta mengalami diskriminasi etnis, bahasa, kemampuan, dan penyakit.
Implikasi luas
Irina Bokova, Direktur Jenderal UNESCO, mengingatkan kemunduran dalam bidang pendidikan berimplikasi luas dalam kehidupan. Pendidikan yang rendah akan menimbulkan persoalan pertumbuhan ekonomi yang rendah, kemiskinan, kesehatan, serta bidang lainnya.
Ferdiansyah, anggota Komisi X DPR, mengatakan, meskipun berdasarkan data yang dilansir pemerintah, pencapaian pendidikan dasar sudah selesai, nyatanya di jalanan kota-kota besar masih banyak anak usia wajib belajar yang tidak berada di bangku sekolah saat jam belajar.
”Kita tidak mau berdebat soal data yang tercapai. Tetapi, kita ingin melihat semua anak, tanpa terkecuali, berada di sekolah saat jam belajar. Ini tugas pemerintah untuk menjamin tidak ada anak usia belajar yang tidak bisa mengenyam pendidikan,” kata Ferdiansyah.
Mohammad Nuh, Menteri Pendidikan Nasional, mengatakan, pendidikan yang dilaksanakan tidak boleh diskriminatif. Pemerintah terus bekerja untuk mengatasi hambatan anak-anak belajar dan mendapatkan pendidikan yang berkualitas. (ELN)

PLURALISME Ide-ide Keberagaman

Jakarta, Kompas - Pascameninggalnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, semangat keberagaman dalam menjalankan agama dan kepercayaan tidak boleh berhenti. Masyarakat, juga kalangan media massa, harus terus mendorong keberagaman dengan mengembangkan ide-ide toleransi untuk kebebasan menjalankan agama dan kepercayaan.
Hal itu dikemukakan tokoh muda Nahdlatul Ulama, Ulil Abshar Abdalla, Kamis (21/1), pada diskusi ”Prospek Demokrasi dan Kebebasan 2010” menandai peluncuran Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) di Jakarta Media Center.
Diskusi ini juga menghadirkan pembicara Direktur Indonesian Conference on Religion and Peace Siti Musdah Mulia dan Pemimpin Redaksi The Jakarta Post Endy M Bayuni.
Ulil Abshar Abdalla menyatakan, Gus Dur sebagai bapak pluralisme di Indonesia tentu tidak ingin keberagaman yang dirintisnya itu kandas. Kepergian Gus Dur justru harus menjadi tantangan bagi pejuang keberagaman tetap menghidupkan semangat tersebut.
Pascafatwa haram Majelis Ulama Indonesia mengenai pluralisme (termasuk liberalisme dan sekularisme agama) pada 2005, perjuangan keberagaman itu terkesan meredup. Kalangan pengelola media massa juga cenderung melakukan sensor internal setiap kali melansir pemberitaan soal keberagaman.
Terkait upaya untuk terus menghidupkan ide-ide keberagaman, lanjut Ulil, apakah mungkin di masyarakat juga dibentuk semacam otoritas yang melegitimasi perlunya keberagaman. Nurcholish Madjid, misalnya, adalah tokoh yang memiliki otoritas yang perkataannya bisa semacam fatwa.
Siti Musdah Mulia mengemukakan, aspek penting bagi komunitas keagamaan adalah berorganisasi atau berserikat sebagai komunitas. Oleh karena itu, komunitas keagamaan mempunyai kebebasan dalam beragama, termasuk di dalamnya hak kemandirian mengatur organisasi.
Kebebasan menjalankan agama seseorang hanya dapat dibatasi oleh undang-undang dan itu pun demi kepentingan melindungi keselamatan dan ketertiban publik. ”Negara berkewajiban menghormati dan menjamin kebebasan beragama tanpa membedakan suku, bahasa, agama, keyakinan, politik, ataupun asal- usulnya,” kata Siti Musdah Mulia.
Bagi Endy M Bayuni, dalam 11 tahun reformasi ini, diakui, banyak memberikan kemajuan terhadap kebebasan seiring dengan berkembangnya revolusi teknologi informasi. (WHO)